Senin, 28 November 2011

Lunturnya Sebuah Budaya (BUDAYA PAPUA)

            Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit di ubah.  Dengan demikian budaya menurut bahasa sehari-hari adalah suatu kebiasaan, adat istiadat dan suatu kegitan manusia yang dilakukan secara terus menerus tanpa hentinya sampai kapanpun dan dalam jangka yang panjang.  Manusia dan budaya tidak bisa dilepaskan karena keduanya saling berkaitan erat.  Dengan adanya manusia maka suatu kebudayaan itu akan terbentuk.  Dengan adanya suatu budaya maka setiap manusia yang hidup di suatu daerah tertentu selalu dituntut untuk mematuhi, mentaati dan menjalankan setiap budaya yang telah ditetapkan.  Dalam kehidupan individu atau kelompok budaya sangat berguna, budaya dapat menyadarkan kita siapa diri kita yang sebenarnya, budaya dapat membuat kehidupan di suatu tempat akan lebih baik atau sebaliknya, atau juga budaya dapat memperkenalkan suatu tempat atau daerah ketempat lain diluar daerah tersebut.
Add caption
           Dengan semakin majunya era globalisasi, budaya di tanah Papua semakin hari semakin terkikis.  Budaya natural atau suatu kebiasaan, corak adat istiadat manusia yang telah lama dilaksanakan secara turun temurun di suatu daerah atau kawasan tertentu yang biasanya disebut sebagai budaya alami makin hari, makin luntur.  Daerah Papua sendiri banyak budaya terapan yang telah merajalela yang semuanya sama sekali tidak pernah dikenalkan oleh para pendahulu terhadap mereka.  Ini semuanya efek dari era globalisasi yang masuk ketanah Papua.  Masuknya berbagai budaya terapan di tanah Papua membuat otak dan pikiran dari orang Papua rusak.

Acara bakar batu
           Budaya terapan yang masuk di tanah Papua antara lain yaitu budaya korupsi.  Budaya korupsi merupakan suatu budaya yang cukup lama merajalela di tanah Papua, pada hal kalu diamati budaya korupsi bukanlah budaya papua yang sebenarnya.  Bukti bahwa budaya korupsi bukan merupakan budaya Papua dapat dilihat dari berbagai cara hidup orang Papua diantaranya kebiasaan orang Papua makan bersama atau yang biasanya disebut dengan acara ” Bakar Batu ”.  Pada acara bakar batu ini biasanya para undangan yang hadir di ajak untuk makan bersama tanpa memandang suku, ras ataupun marga, dari sinilah kita dapat lihat bahwa sifat kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan itu ada dan sifat keegoisan itu tidak ada.  Salah satu contoh budaya korupsi yang berkembang di tanah Papua adalah pelenyapan dana Otonomi Khusus yang menurut situs www.provinsipapua.com sebagaimana dikatakan pada tahun 2006 dana Otonomi Khusus yang lenyap tanpa sepengetahuan adalah 90% yang langsung dipaparkan oleh Gubernur Papua dan juga masih banyak budaya-budaya korupsi yang dapat kita temui di tanah Papua.  Dengan memperhatikan bukti yang ada kalau Papua telah terjerumus kedalam budaya korupsi yang sebenarnya tidak boleh dilakukan jika dilihat dari latar belakan rang Papua yang selalu mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga menimbulkan pertanyaan salah siapakah sehingga budaya korupsi begitu cepat merajalela keseluruh daerah papua semua itu akibat dari budaya terapan yang masuk tanpa di saring oleh orang Papua.  Melihat berbagai kasus korupsi yang kian hari kian merajalela seiring dengan perkembangan zaman, haruslah ada tindakan yang diambil agar dapat membendung arus korupsi di tanah Papua.  Sebagai generasi muda harapan tanah ini berbagai hal yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan belajar secara sunggu-sunggu agar kedepannya saat kita menjadi seorang pemimpin kejujuran dan kebenaran dalam kepemimpinan dapat kita tanamkan.
Selain budaya terapan yang berupa budaya korupsi, di tanah Papua juga terkenal dengan budaya mengkonsumsi minuman keras.  Minuman keras ( MIRAS ) kasus ini yang menjadi budaya dan tradisi di masyarakat Papua.  Duluhnya minuman yang dianggap minuman keras dan dikonsumsi oleh orang Papua adalah minuman sejenis saguer atau yang biasa di sebut bobo.  Tetapi dengan seiringnya kemajuan zaman masuknya minuman-minuman keras dari luar Papua seperti mansion, bir dan lain sebagainya awalnya tidak di kenal oleh orang Papua.  Namun dengan era globalisasi yang makin modern membuat budaya minuman keras telah berkembang luas di masyarakat Papua bakan menjadi kebudayaan sehari-hari orang Papua.  Buktinya kalau budaya minuman keras telah membabi buta di tanah Papua ini dapat kita lihat pada kehidupan malam di Papua.  Buakan hanya kaum pria yang mengkonsumsi minuman keras tapi juga ada kaum wanita yang mengkonsumsinya juga.  Sering kita jumpai orang Papua yang sering mengkonsumsi minuman keras ini dapat kita temui di berbagai sudut kota di tanah Papua selain itu menjamurnya tempat-tempat hiburan malam yang makin hari, makin meramaikan suasana malam di tanah Papua.  Dengan banyaknya tempat-tempat hiburan dan taman untuk mereka yang mengkonsumsi minuman keras pasti setiap kita yang melihatnya bertanya tidak adakah langka dari pemerintah maupun para masyarakat agar hal-hal seperti ini tidak membabi buta terus sampai pada generasi yang berikutnya.  Ada berbagai hal yang dapat kita buat agar minuman keras ini tidak merajalela dimasyarakat dengan semaunya dengan cara mengkampanyekan anti minuman keras dan mensosialisasikan dampak dari minuman keras itu melalui media. Selain itu ada cara yang paling ampuh agar budaya mengkonsumsi minuman keras bisa dan lenyap dari tanah Papua dengan cara membuat satu peraturan daerah ( PERDA ) yang intinya penolakan minuman keras di tanah Papua seperti yang suda diterapkan oleh salah satu kabupaten di tanah Papua.
             Hal lain yang kita dapat lihat lagi akibat masuknya budaya terapan di tanah Papua adalah budaya mengkonsumsi pangan non lokal.  Banyak masyarakat di tanah Papua suda tidak lagi mencintai atau makin sedikit yang mengkonsumsi pangan lokal asli Papua.  Ini disebabkan karena masuknya bahan makanan impor akibat kemajuan zaman.  Apakah kita harus tunggu samapai pangaan lokal ini di klem oleh negara tetangga baru kita mau mengkonsumsinya.  Tanah Papua terkenal dengan sagu dan ubi-ubian yang menjadi makanan pokok orang Papua tapi sampai sejauh pengamatan ini mulai menipisnya orang Papua untu mengkonsumsi sagu dan ubi-ubian. Kondisi ini sangat memprihatikan, proses ini telah menghilangkan pola makan makanan lokal, yang telah dicanangkan sebagai ketahanan pangan nasional.  Ada pemahaman yang keliru, beras adalah makanan orang modern, maka pejabat dan orang terkemuka di tanah Papua mengkonsumsi beras status sosial akan meningkat sehingga makanan lokal seperti sagu, ubi dan pisang dianggap makanan orang miskin.  Pandangan ini ditunjang dengan perilaku sejumlah pejabat orang Papua, sebelum menjadi pejabat atau orang terkenal mereka mengkonsumsi sagu, ubi dan pisang setelah menjadi pejabat pola hidup mereka berubah mereka lebih sering makan di restoran dari pada mengkonsumsi pangan lokal seperti sagu,ubi dan pisang.   Pada hal nilai gizi yang di kandung oleh sagu dan ubi-ubian yang merupakan warisan nenek moyan orang Papua tidak kala dengan tanaman pangan lainnya.  Tanah Papua sangat terkenal dengan hutan sagu yang cukup besar di dunia tapi orang Papua tidak memikirkan untu membudidayakan hutan sagu yang merupakan pangan ( makanan ) pokok asli Papua.  Hampir sebagian besar hutan sagu di babat habis untuk di ambil sebagai bahan pangan tanpa di tanam kemabali, orang papua tidak memikirkan apakah hutan sagu sebagai pangan lokal ini dapat di nikmati oleh anak cucunya di tahun yang akan datang.  Sagu sebagai pangan lokal tanah Papua mempunyai arti dan simbol yang sangat bermakna bagi orang Papua. Pada hal sagu tidak hanya di manfaatkan sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga digunakan untuk produk industri modern seperti proses pembuatan kayu lapis, sohun, jeli dan lain sebaginya.  Di Jepang pati sagu di campur dengan bahan tertentu digunakan untuk bahan baku plastik daur ulang, lampu komputer dan layar flat monitot tv.  Sagu bagi orang Papua merupakan lambang kemakmuran, kesuran dan juga persaudaraan, sebab setiap acara-acara adat istiadat yang dilakukan oleh orang Papua pasti sagu dijadikan menu yang utama.  Sebagai orang Papua dan generasi muda mari kita cintai produk lokal sebelum produk itu di klem atau di ambil orang lain.
              Pengaruh singkat tentang tentang budaya diharapkan khusnya untuk para pemuda dan pemudi yang masi di bangku pendidikan agar tetap setia dan rela mempertahankan kebudayaan yang telah dianut dan diterapkan.  Kita sebagai orang yang terpelajar pasti tahu mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik, dengan demikian mari kita sama-sama menjaga dan memajukan apabila nilai budaya yang kita miliki adalah budaya yang benar kemudian mari kita buang jauh-jauh dan musnakan apabila budaya yang telah kita anut dan lestarikan sejak lama adalah budaya yang salah dan tidak benar.  Bukti besar yang dapat kita lihat kalau kita mencintai dan menghormati ciptaan Tuhan adalah menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. ” Selamat Melestarikan Budaya Baik Yang Ada Dan Selamat Juga Atas Dibuangnya Budaya Yang Buruk ”

http://kem.ami.or.id/2011/10/lunturnya-sebuah-budaya/
https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQqEU7_Ksgm7a8khCngjrPntr3oD41ZrQa_rCkE0is-GXuFRbwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar